Insomnia adalah suatu gangguan dimana seseorang tidak memiliki kualitas waktu tidur dengan baik. Insomnia juga sering disebut sebagai gangguan tidur.
Biasanya, penyebab insomnia ini beragam. Tidak semua kasus insomnia itu sama. Oleh sebab itu, kenali jenis-jenis insomnia.
Arti dan Jenis-Jenis Insomnia
Jadi, apa itu insomnia? Seperti yang sudah ditulis sebelumnya bahwa insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan untuk tidur atau mendapatkan tidur yang berkualitas.
Penderita insomnia sering mengalami masalah seperti terjaga di tengah malam dan kesulitan untuk kembali tidur, atau merasa tidak puas dengan kualitas tidur mereka meskipun sudah tidur cukup lama.
Meski begitu, ada juga beberapa orang yang sudah dapat kesempatan tidur yang cukup namun masih mengalami kesulitan tidur.
Tidur adalah salah satu istirahat terbaik bagi tubuh yang berfungsi untuk mengembalikan energi.
Jika manusia tidak cukup tidur, kondisi seperti ini mengakibatkan siapapun yang mengidapnya tidak memiliki kondisi fisik yang fit untuk melakukan aktivitas di hari esok.
Ketika tertidur, otak akan membersihkan banyak racun yang tidak berguna dan tekanan darah akan menurun karena diistirahatkan.
Racun-racun ini terbentuk saat manusia tengah menjalankan aktivitas dan berpikir. Mengutip dari laman Halodoc.com, dalam satu malam mungkin manusia akan melalui empat atau lima siklus tidur. Siklus tidur ini berlangsung kurang lebih 90 menit.
Siklus tidur bermula dari non-REM yang terdiri dari tidur ringan hingga tidur dalam. Selanjutnya dengan tidur REM. Pada tahap ini lah kemudian terjadinya mimpi.
Sistem kekebalan tubuh akan mengalami penurunan, manusia akan kurang fokus menjalani kegiatan, mudah merasa lelah, bahkan akan mengalami gangguan kecemasan (anxiety disorder), dan lain sebagainya.
Ketahuilah Jenis Insomnianya
Jenis-jenis insomnia itu sangat beragam, namun tidak semua manusia yang mengalami insomnia harus memiliki ciri-ciri dan jenis yang sama. Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa ada beberapa jenis-jenis insomnia. Itu meliputi insomnia akut, insomnia kronis, insomnia sekunder, dan lain-lain.
-
Insomnia Akut
Insomnia akut merupakan jenis insomnia yang biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu.
Jenis insomnia akut ini paling umum atau sering terjadi. Ketika seseorang mengalami tekanan pada pikiran, stres, atau terjadinya peristiwa tertentu yang kurang menyenangkan akan membuat manusia susah tidur.
Kesulitan tidur ini bisa terjadi juga karena adanya perubahan gaya hidup yang mempengaruhi kehidupan individu. Insomnia akut juga dapat merusak suasana hati, membuat seseorang jadi mudah tersinggung, sedih, dan juga sakit kepala.
Insomnia akut bisa cepat mereda atau hilang jika seseorang dapat mengatasinya dengan benar. Akan tetapi, jika tidak segera ditangani, kondisi tersebut akan semakin buruk.
Jenis-jenis insomnia yang satu ini dapat berubah menjadi gangguan susah tidur dalam jangka waktu yang panjang atau insomnia kronis.
Kondisi ini dapat terjadi pada anak-anak sampai orang dewasa. Terutama pada wanita. Dibanding laki-laki, wanita sering mengalami gangguan insomnia ini karena terjadinya menopause atau saat sedang hamil.
-
Insomnia Kronis
Jenis-jenis insomnia yang kedua adalah insomnia kronis. Insomnia kronis merupakan gangguan susah tidur yang biasanya terjadi dalam jangka waktu cukup panjang dan lama.
Gangguan sulit tidur jenis ini ditandai dengan seseorang yang kesulitan tidur nyenyak lebih dari tiga hari atau seminggu sampai lebih dari tiga bulan.
Penyebab dari insomnia kronis ini bermacam-macam. Pola tidur yang semula berantakan, sering mengalami mimpi buruk, memiliki riwayat gangguan mental, atau bisa terjadi karena situasi yang menyebabkan stres berat.
Penyakit atau masalah kesehatan lain yang ada kaitannya dengan kerja otak dan saraf juga dapat menjadi penyebab timbulnya insomnia kronis. Selain itu, juga dengan penggunaan obat-obatan tertentu dan masalah tidur lainnya.
Dalam beberapa studi atau penelitian pada insomnia kronis. Melalui metode penelitian yang melibatkan observasi berulang dalam jangka waktu tertentu atau studi longitudinal menunjukkan ada sekitar 50% individu dengan insomnia memiliki gejala setelah masa tindak lanjut 1 tahun atau bahkan lebih yang terus menerus dapat dikatakan sebagai penderita insomnia kronis.
Sedangkan dalam studi cross-sectional, penderita insomnia kronis ini melapor bahwa mengalami penurunan durasi atau waktu tidurnya dalam beberapa tahun.
-
Insomnia Sekunder
Jenis gangguan sulit tidur yang ketiga adalah insomnia sekunder. Pada kondisi yang satu ini, seseorang memiliki kaitan dengan masalah tertentu.
Masalah-masalah itu meliputi GERD, asma, depresi dan rasa cemas, dan lain-lain.
Menurut salah seorang dokter spesialis kejiwaan, Lusiana Winata berpendapat bahwa, “insomnia sekunder itu pertama kami cek dulu fisiknya.
Ada masalah atau tidak, apakah dia punya masalah fisik yang membuat pasien susah tidur. Kalau misalnya tidak ada, berarti akan cek lagi, ada suatu life event-kah atau masalah apa.”
Kalau sumber gangguan tidur sekunder ini sudah bisa diidentifikasi, langkah berikutnya adalah dengan menjalani sesi psikoterapi. Sebagai catatan, langkah pertama ini tanpa menggunakan obat-obatan walaupun suatu waktu nanti terapi obat akan dibutuhkan.
Penyebab Terjadinya Gangguan Tidur
Walaupun insomnia ini sifatnya sementara dan bisa sembuh, namun segala sesuatu yang mengganggu jika tidak segera diatasi dan ditangani akan menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi ini dapat terjadi melalui penyakit.
-
Gangguan Kesehatan Mental
Perlu diketahui bahwa orang yang depresi kerap kali mengalami gangguan sulit tidur. Hal itu juga memungkinkan manusia yang sehat bisa mengalami gangguan mental ketika insomnia melanda. Ini juga dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti pikiran untuk bunuh diri dan meningkatnya risiko kecemasan.
-
Diabetes
Dari jenis-jenis insomnia yang sudah disebut, kondisi dengan gangguan sulit tidur dapat memicu terjadinya diabetes. Dilakukan studi pada tahun 2012 yang kemudian ditemukan adanya hubungan kuat antara insomnia dan penyakit diabetes.
Gangguan ini umumnya dirasakan sebagai kesulitan tidur nyenyak, susah mempertahankan tidur dalam waktu yang lama, atau justru tidur terlalu lama. Selain itu, ada hal yang menjadi penyebab terjadinya kedua hal tersebut.
Adapun yang dimaksud adalah kadar gula darah yang terlalu rendah atau tinggi. Diabetes karena insomnia dapat terjadi pada siapapun, terutama pada seseorang yang berusia di bawah umur 40 tahun.
-
Penambahan Berat Badan
Tidak semua insomnia menyebabkan penurunan berat badan karena stres. Justru, menurut ahli pada jurnal Obesity, orang yang sedang stres atau dilanda insomnia akan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan.
Alasannya karena adanya reaksi pada tubuh akibat terlepasnya hormon kortisol (hormon stres) yang makin banyak. Hormon kortisol ini dapat membangkitkan rasa lapar. Insomnia juga mengganggu siklus pencernaan, maka dari itu berat badan dari individu yang mengalami gangguan ini akan mudah bertambah.
-
Hipertensi
Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Vgontzas pada tahun 2009 bahwa penderita insomnia terjadi karena peningkatan kadar hormon kortisol dan hormon adrenokortikotropik. Dilakukan juga penelitian dengan mengukur kadar hormon kortisol dan ACTH pada rentang waktu 24 jam antara penderita insomnia dan orang sehat.
Dengan tingginya kadar hormon kortisol ini akan membuat meningkatnya respon jantung dan pembuluh darah terhadap efek katekolamin yang mengakibatkan peningkatan vasokonstriksi pembuluh dan curah jantung meningkat sehingga dapat terjadi hipertensi.
CDC atau Centers for Disease Control and Prevention juga menyebutkan kalau seseorang yang dalam semalam tidurnya kurang jadi tujuh jam akan berisiko lebih besar mengalami hipertensi sebab tekanan darahnya akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Jika mengalami beberapa gejala dari jenis-jenis insomnia yang sudah disebutkan di atas, segera periksa untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Jangan lupa untuk tetap istirahat dan menjaga pola makan sehat. Semoga bermanfaat!